Matahari sudah di ufuk, sebagian kegiatan kantor di sekitar bengkel mulai terhenti dan babak baru kehidupan malam akan segera dimulai. Belum juga hilang lelah ketika lelaki berusia 40 tahun itu merebahkan tubuhnya di atas sofa di dalam bengkelnya, tetiba pintu depan bercat hitam terbuka. Rupanya seorang sahabat lama datang bersama teman yang ingin mengubah tampilan BMW G310R yang belum lama dibeli.
“Mereka datang membawa BMW G310R yang mau dimodifikasi. Dari hasil obrolan, konsumen saya setuju untuk mengubah motornya dengan gaya Scrambler Tracker. Awalnya kami coba buatkan sketsa sebagai gambar konsep modif yang akan kami lakukan. Tampa banyak permintaan, dia setuju dengan konsep yang kami tawarkan,” terang Erwan.
Gaya modifikasi Scrambler Tracker bukan tanpa alasan, Erwan menilai bahwa gaya itu paling cocok diterapkan di motor yang datang dari trah Bavaria tersebut, meski sekarang sudah tak tulen lagi lantaran motor tersebut lahir dari sebuah kolaborasi pabrikan Jerman dengan India. “Sebisa mungkin kami mengerjakannya dengan hati supaya hasil akhir sempurna. Terlebih lagi kami harus memerhatikan estetika tampilan dan fungsi dari motor modif tersebut. Mudah mengerjakannya tapi sulit mempertahankan mood ide dan kerjanya. Jika sedang mood, kami bisa bekerja sampai besok pagi, tapi saat mood hilang, pekerjaan simple pun akan sulit diselesaikan karena jika dipaksakan hasilnya kadang tak memuaskan”.
Bukan hal sulit bagi Erwan untuk mengubah sport naked bike bermesin 313 cc ini menjadi Scrambler Tracker. Builder berdarah Sunda ini pun tak butuh waktu lama untuk melakukan ubahan seperti yang diinginkan oleh konsumennya. “Awalnya kita buat sketsa gaya modifikasi di BMW G310R ini untuk kemudian kita tunjukkan ke pemiliknya. Setelah cocok, barulah kita mulai melakukan pekerjaannya”.
Tak sulit melakukan ubahan lantaran pria kelahiran Majalengka ini terbiasa menggarap gaya modifikasi Scrambler dan Tracker pada motor bermesin besar. Apalagi, sub frame G310R yang dapat dilepas dan dipasang kembali memudahkannya dalam proses pengerjaan. “Ubahannya lebih banyak mengganti dengan komponen after market seperti lampu, ban depan dan belakng juga stangnya. Selebihnya dibikin sendiri seperti fender depan dan belakang juga sub frame nya kita ganti dengan yang baru. Jadi kalau mau mengembalikan ke bentuk standar tak perlu repot karena frame belakang plug n play, bisa dilepas dan dipasang lagi,” tegasnya.
Bukan Anak Bawang
BMW G310R jadi varian terkecil dan termurah di jajaran motor pabrikan Jerman. Hadir di Indonesia melalui PT Maxindo Moto, sport naked bike ini lahir dari jalur produksi motor asal India, TVS, di kawasan Hosur, Banglagor.
Meski BMW Motorrad terkenal dengan motor bermesin besar, tak membuat motor hasil kolaborasi BMW Motorrad dengan TVS Motor Company ini diperlakukan sebagai “anak bawang”. Pabrikan berlambang baling-baling pesat itu pun menyematkan beragam fitur dan teknologi yang ada di motor besar mereka seperti Anti-Lock Breaking System (ABS), suspensi depan model up side hingga panel instrumen LCD.
Mesin single cylinder 6 percepatan berpendingin cairan ini diklaim mampu memproduksi tenaga hingga 34 PS pada 9.500 rpm dan torsi 28 Nm pada 7.500 rpm.