Royal Enfield Indonesia coba membuktikan ketangguhan motor dual purpose retro, Himalayan ke komunitas di trek offroad, Patrac Circuit, Pondok Aren (21/10).
Komentar pun hadir kepada motor produksi India itu. Rata-rata memuji soal torsinya, namun bobotnya yang mencapai 182 kg turut dikritisi karena terlalu berat.
Seperti diungkapkan Reno, dari komunitas Supermoto Indonesia Tangerang. “Bobotnya berat, tapi torsi gede banget. Tanjakan tinggi bisa didapat. Pakai gigi satu dan dua aja. Kalau dibawa layaknya motocross dan enduro gak tepat, tapi buat belajar adventure rally masih bisa dilakukan. Selain itu, kopling agak jauh,” ucapnya.
Hal senada disampaikan oleh Revi juga dari SMI Tangerang yang sempat membawa Himalayan melompat cukup tinggi saat melintasi superbowl.
“Bobot berat, nggak diperuntukan buat offroad berat, tapi kaki-kaki nyaman banget handling baik, buat riding position enak banget. Tarikan bawah kurang, rpm 5000 baru keluar (tenaganya). Saya rasa motor ini nyaman untuk cross country, tapi buat offroad sok terlalu soft,” ungkapnya.
Ketangguhan Himalayan untuk cross country ini juga diakui oleh Boy Hadi Wirawan dari komunitas moge, HDCI dan IMBI yang sempat mencicipi Himalayan di kawasan pegunungan Himalaya.
“Kami melintasi jalur sejauh 1.000 km di Kardungla. Ini disebut The highest motorcycle track in the world dengan ketinggian 5358 mdpl. Dengan oksigen yang minim, tenaga motor nggak ada masalah. Cukup main di rpm bawah, gak bisa dipaksa di rpm atas. Motor tangguh karena melintasi medan pasir batu tanah sungai lengkap. Hanya 30 persen aspal,” urainya.