Konyolnya kerusuhan tersebut disebabkan oleh hal sepele yaitu kebosanan mereka akan cuaca buruk dan fasilitas publik yang terbatas. Untuk Brighton sendiri, diperkirakan ada 1.000 orang yang terlibat kerusuhan dan hanya 76 yang ditangkap. Di Margate, ada 400 perusuh, 64 orang ditangkap.
Kerusuhan melebar di Inggris. 1.000 orang diperkirakan bikin rusuh di Clacton, kota bagian pantai timur. Kerusuhan ini pun jadi headline di koran-koran Inggris dengan judul yang bombastis dan justru mengarah ke subculture tersebut.
Seperti judul “Hari Teror Dari Grup Skuter” (Daily Telegraph) “Pemuda Hancurkan Pinggiran Kota – 97 Berjaket Kulit Ditahan (Daily Express) “Invasi Liar di Pinggir Pantai – 97 Ditahan” (Daily Mirror). Koran Daily Mirror bahkan menulis salah satu kalimat yang diambil dari film Marlon Brando tahun 1953 yang nggak lolos sensor di Inggris, The Wild One, “Remaja Dengan Skuter dan Motor Berkelahi, Minum, Meraung dan Mengamuk”.
Namun, kerusuhan inilah yang jadi awal mula kegiatan Mods VS Rockers. Pasalnya, nggak sedikit artis yang terinspirasi dengan mods atau rockers. Diantaranya cover album Pin Ups dari David Bowie tahun 1973 yang bergaya mods pop retro. Lalu ada The Who yang kembali ke masa kejayaan Mods dan Rocker tahun 1964 dalam album Quadrophenia di tahun 1973.
Pada saat yang sama, berbagai inkarnasi dari toko yang dikelola oleh Malcolm McLaren dan Vivienne Westwood di 430 Kings Road melewati subkultur historis: di Let It Rock (1972-3), pakaian Edwardian dari Teddy Boys, di Too Fast To Live , Too Young To Die (1974) ‘Baju zoot 40-an dan’ 50-an kulit rocker.
Perkembangan lifestyle tersebut yang membuat Mods vs Rockers terus merambah ke seluruh dunia. Termasuk ke Indonesia, yang sejak tahun 2014 memulai kegiatan tersebut.