Indonesia yang memiliki banyak keindahan pantai, juga banyak keanekaragaman dan kehidupan di pesisir lautnya. Selain bisa dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan bagi sebagian warga yang tinggal disana, pantai dan laut menjadi alasan tersendiri bagi Fatimah Subadiyo (20) untuk dijadikannya sebagai perjalanan touring-nya.
Doi menamakan touringnya dengan sebutan Ekspedisi Susur Pantai. Berbekal niat dan doa, Fatim melakukannya secara ‘Solo Ride‘ alias sendirian dan menggunakan motor keluaran dari Jepang yang berkubikasi 225cc.
Wanita yang dikenal sebagai Rider Hijabers ini, mengawali perjalanannya dari Bogor (3/7/2016). Biasa dipanggil dengan sebutan Fatim, memilih pantai utara sebagai tujuan akhirnya yaitu kota Tegal.
Jalur tengah yang dipilihnya, memberikan pengalaman yang unik dan berharga. Fatim sempat terjebak macet di kota Brebes selama 8 jam dan jatuh saat perjalanan. Tak pelak, wanita yang bertubuh mungil ini mengalami cidera pada tulang pinggang dan punggung tangannya.
Mengesampingkan rasa sakit dan tuas rem belakang yang penyok, Fatim melanjutkan perjalanan hingga peristirahatan terdekat (SPBU). Sayangnya, pasokan BBM tidak tersedia saat itu. Daripada membeli BBM premium eceran seharga Rp 50 ribu per liter pada oknum atau mendorong motor sejauh 12 KM, Fatim memutuskan beristirahat selama dua hari.
Kamis (7/7/2016), Fatim memulai perjalanan touringnya lagi hingga mencapai kota yang disebut sebagai kota Bahari. Kota yang terkenal dengan kuliner Tahu Aci, juga logatnya yang terkadang bisa membuat orang tertawa saat mendengarnya.
Keragaman budaya yang ada di kota tersebut, menjadi alasan tersendiri untuk disinggahinya. Selain itu, kota Tegal juga menyajikan keindahan alam berupa pantai sebanyak 3 tempat.
Ya! Pantai Muarareja (PM), Pantai Alam Indah (PAI) dan Pantai Larangan (PL) adalah tujuan Ekspedisi Susur Pantai. Sebab ketiga tempat tersebut, memiliki kelebihan yang berbeda-beda.
Kelebihan PM adalah banyaknya tambak, ayunan kayu dan hammock. Warga yang tinggal di sekitaran pantai, perekonomiannya jadi terbantu karena secara resmi dikelola oleh mereka sendiri.
Sedangkan PAI, lokasinya sangat mudah ditemukan karena ada plang penanda di pinggir jalanan Pantura Tegal-Pemalang. Banyak spot yang menarik untuk dijadikan obyek wisata foto, contohnya perahu terdampar.
PAI yang resmi dikelola oleh pemerintah, segalanya terkoordinir dengan baik. Mulai dari tiket masuk hingga tempat parkir.
Sekitar PAI, terdapat hutan mangrove yang dikelola oleh warga sekitar. Tempatnya sangat asri dan menarik. Tak heran jika dijadikan sebagai lokasi pemotretan prewed.
PL yang menjadi tempat terakhir ekspedisi, Fatim sempat kesulitan untuk menuju lokasinya. Akses dan petunjuknya yang sangat minim saat mengandalkan Global Positioning System pada smartphone. Doi terpaksa bertanya pada penduduk sekitar dan sempat menyewa tour guide untuk menuju lokasi.
PL yang tidak seramai dengan dua pantai sebelumnya, namun Fatim mendapatkan pengalaman yang menarik saat berada di sana. Berupa cerita dari nelayan asli yang tinggal disana, yang mana pernah menangkap ikan teri sebanyak 10 ton hingga pulang tanpa hasil apa-apa.
Usai melakukan touring Susur Pantai, Fatim langsung bertolak menuju Bogor untuk pulang. Sepanjang perjalanan, doi sudah menetapkan lokasi ekspedisi selanjutnya.
Ingin tahu lokasi mana yang akan dijadikan Touring Susur Pantai berikutnya? Pantau terus Mata Zonbie!
